Minggu, 01 Agustus 2010

Kesederhanaan Para Seniman Sejati


Sudah beberapa bulan terakhir ini saya rutin menonton sebuah acara pencarian bakat, Indonesia Mencari Bakat, yang disiarkan oleh transtv. Ada beberapa kontestan yang saya kagumi, salah satunya adalah klantink. Klantink merupakan sebuah grup musik yang para personilnya pada awalnya adalah musisi jalanan.



Ada beberapa hal yang saya kagumi dati penampilan grup klantink ini. Yang pertama, kehebatan mereka mengaransemen ulang lagu-lagu yang mereka nyanyikan. Ada beberapa lagu yang pada dasarnya saya kurang suka, tetapi setelah dibawakan oleh klantink saya bisa menikmatinya. Aransemen bernuansa keroncong khas klantink yang mereka bawakan membuat lagu-lagu tersebut terdengar berbeda dan lebih fresh.

Yang kedua, mereka memiliki kreativitas yang sangat luar biasa. Mereka dapat menjadikan benda-benda nonmusikal menjadi alat musik. Contohnya, sendok, sekop, rantang, dan lain-lain. Mereka dapat membuktikan bahwa apapun yang ada disekitar kita dapat dijadikan inspirasi untuk berkarya.

Tidak hanya itu, dalam setiap penampilan mereka, mereka selalu mencerminkan budaya Indonesia. Kesederhanaan, keramahan, dan ketulusan yang merupakan dasar dari budaya Indonesia justru menjadi daya tarik tersendiri dari setiap penampilan mereka. Mereka menyajikan karya yang benar-benar diciptakan dengan sepenuh hati. Setiap penampilang mereka selalu mengingatkan saya kepada perkataan salah seorang guru saya, yaitu "skill dalam bermain bisa dilatih, instrumen bisa dibeli di toko, tapi hati itu anugrah Tuhan. Jadi, itu yang paling penting". Ketulusan dari setiap penampilan klantink membuat penampilang mereka selalu berkesan bagi saya.

Intinya, sesuai dengan nama grup mereka, klantink, yang sebenarnya adalah nama jajanan pasar, klantink merupakan sebuah grup musik yang menyajikan karya yang merakyat dan dapat dinikmati oleh semua orang dengan kesederhanaan dan ketulusan sebagai daya tarik mereka. Saya merasa beruntung karena Indonesia memiliki klantink. Maju terus, seniman Indonesia!