Hari ini adalah H-14 Konser Akbar Mahawaditra dan seperti biasa tadi kami semua latihan di balai mahasiswa ui salemba. Latihan hari ini begitu menyenangkan karena untuk pertama kalinya pemain violin 2 yang hadir sampai 7 orang (walaupun bukan ini yang mau saya bicarakan sekarang.. hehe). Ya, tapi pada intinya latihan hari ini sangat menyenangkan bagi saya.
Sebenarnya, yang ingin saya bicarakan adalah beberapa kejadian setelah latihan. Baru kami selesai latihan, kami dapat berita bahwa salah satu pemain viola kami mengalami kecelakaan motor. Sedih sekali saya mendengarnya.. Namun, apa boleh buat, saya tidak bisa ikut menjenguk ke RSCM karena ada suatu urusan. Akhirnya, saya pun pulang bersama salah satu senior di Mahawaditra. Kak Marsen namanya. Di situlah cerita bermulai.
Pada awalnya semua biasa saja. Kami pulang menaikin bus patas 76 seperti biasa. Duduk dan membayar ongkos pun biasa. Sampai pada akhirnya kami pun mulai mengobrol. Diawali dengan obrolan tentang Konser Akbar Mahawaditra, materi kuliah (karena kuliah kami memang banyak berhubungan), dan sampailah pada topik pembicaraan random (khas anak Mahawditra).
Setelah melewati beberapa topik pembicaraan random itu pun akhirnya kami tertidur dan kemudian saya terbangun oleh suara petikan senar. Ya, tidak salah lagi, itu suara gitar pengamen. Saya mendengar beberapa pengamen bergantian naik turun bus, menyanyikan lagu-lagu yang hampir sama dan dengan cara yang sama. Asal-asalan. Saya pikir, perjalanan tadi akan menjadi perjalanan yang membosankan, sampai akhirnya masuklah dua orang pengamen yang masing-masing membawa gitar.
Dari kesan pertama, saya merasa pengamen yang ini berbeda dari pengamen-pengamen sebelumnya. Mereka jauh lebih terlihat niat. Sebelum mulai menghibur penumpang, mereka menyetem gitarnya terlebih dahulu. Dan, yang paling berkesan adalah mereka membawakan lagu-lagu yang berbeda dari lagu-lagu yang dibawakan oleh pengamen-pengamen yang sebelumnya. Di antara semua, yang paling membekas adalah ketika mereka membawakan lagu Beautiful Girl (dipopulerkan oleh Jose Mari Chan). Mereka membawakannya dengan pembagian suara yang cukup apik dan petikan gitar yang saling mengisi dan harmonis.
Entah kenapa, lagu tersebut memberi kesan yang sangat dalam bagi saya. Begitu romantis. Dari kejadian itu akhirnya saya menyadari, untuk menikmati suatu karya seni, yang terpenting bukanlah seberapa mewahnya kondisi kita pada saat itu. Yang terpenting adalah ketika sang seniman dapat menyampaikan pesannya kepada para penikmat seni walaupun dengan cara dan dalam keadaan yang amat sederhana. Nyanyian pengamen di dalam bus berbau obat batuk pun bisa memberikan kesan yang mendalam bagi saya. Dan, kejadian itu pun menunjukkan kepada saya tentang pesona dari sebuah kesederhanaan.
Dan, yang terakhir, walaupun sepertinya dua orang pengamen itu tidak akan membaca tuliasan ini, dari lubuk hati terdalam saya, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada mereka. Terima kasih sudah mengajarkan kepada saya tentang arti kesederhanaan. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar